Zaman dulu, ada jargon “berkeringat itu
sehat” yang sampai kini masih dipercaya banyak orang. Padahal, jargon
itu berasal dari negara sub tropis, itu pun di musim dingin (salju).
Saat itu, orang “dipaksa” berkeringat dan rajin berolahraga, supaya
lebih sehat dan tidak kedinginan. Tetapi di negara tropis, tanpa
olahraga pun, tubuh sudah berkeringat. Dalam keadaan berkeringat badan
pun terasa tidak nyaman, bahkan bisa menyebabkan jatuh sakit.
Salah satu penyakit yang dapat datang akibat kebanyakan keringat adalah
pneumonia. Pneumonia (long ontsteking, radang paru-paru atau
paru-paru basah) dewasa ini begitu populer, karena sering muncul
sebagai komplikasi penyebab kematian pada penderita flu burung.
Pneumonia juga menjadi pemicu komplikasi dan penyebab kematian dari
penyakit campak dan influenza, terutama pada anak anak. Terjadinya
pneumonia sebagai komplikasi dan penyebab kematian penyakit lain ini
sebenarnya dapat dicegah, jika tubuh tidak terganggu dalam menjalankan
salah satu tugas pentingnya.
Tugas penting itu ialah pekerjaan yang biasa dilakukan sel-sel yang
melapisi bagian dalam saluran pernapasan. Tiap sel mempunyai kira-kira
200 silia (sejenis rambut yang sangat halus) dan mengeluarkan cairan
encer di permukaannya. Silia itu bergerak secara teratur 10 – 20 kali
per detik tanpa henti, menyapu cairan dengan kecepatan 1 cm per
menit menuju tenggorokan, untuk kemudian tanpa disadari ditelan.
Normalnya, debu, kuman, asap, dan sejenisnya akan melekat pada cairan,
lalu disapu bersih dari saluran pernapasan. Selain itu, cairan
tersebut juga menjaga agar saluran napas selalu basah.
Nah, terlalu banyak mengeluarkan keringat, akan menyebabkan cairan itu
menjadi kering dan lengket, sehingga tidak dapat dialirkan dan
mengumpul menjadi dahak, plus menyumbat saluran napas. Saluran napas
yang tersumbat menyebabkan sesak napas dan batuk. Lalu,
berkembangbiaknya kuman-kuman dapat menyebabkan penyakit bronkhitis dan
paru-paru basah.
Untuk penyembuhan jangka pendek bisa dengan mengencerkan dan
mengeluarkan dahak menggunakan alat dan obat, atau biasa dikenal dengan
“inhalasi uap”. Masalahnya, sampai kapan dahak akan terus diencerkan
dan disedot lewat inhalasi ?
Ada cara yang lebih rasional dan bersifat jangka panjang, fisiologis
dan mudah, yakni dengan mencegah keluarnya keringat secara berlebihan.
Minum banyak pun akan sia-sia, kalau ruangannya masih pengap, karena
akan keluar lagi melalui keringat. Maklum, udara di negara tropis
sangat lembab (banyak mengandung uap air) sehingga kita sangat mudah
berkeringat.
Uap air yang keluar ketika mengeluarkan napas mencapai 11 kali lebih
banyak dibandingkan dengan udara yang dihisap ketika menarik napas.
Jadi, dalam ruangan yang ventilasinya kurang, udara akan makin
bertambab lembab, bertambah Co2 dan berkurang oksigennya, sehingga
badan menjadi sangat lemah, penyakit pun merajalela.
Untuk mengatasinya, ruangan tidak ber-AC haruslah selalu terbuka agar
udara segar dari luar bisa masuk. Kipas angin tidak ada gunanya kalau
tidak ada udara segar dari luar yang masuk ke dalam ruangan.
Hindari asap rokok yang mengandung banyak monoksida yang tidak dapat
dibersihkan oleh AC dan mengalahkan oksigen masuk ke dalam sel darah.
sumber : http://www.adipedia.com/
Vote
Pendapatmu Bagaimana?
Sangat Baik0%
Baik0%
Cukup0%
Kurang Baik0%
0 komentar:
Posting Komentar