Di bumi, terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora - fauna ini biasanya memiliki karakteristik yang berbeda dari satu tempat dan tempat lainnya.Persebaran flora dan fauna di permukaan bumi ini tidak merata. Persebaran itu tergantung pada beberapa faktor seperti perbedaan iklim, keadaan tanah, relief muka bumi, dan makhluk hidup.
Unsur-unsur iklim banyak mempengaruhi jenis flora dan fauna, seperti suhu yang tinggi misalnya dapat menyebabkan asimilasi asam arang dan transpirasi. Hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan air pada tumbuhan. Udara yang basah dan kering juga dapat mempengaruhi transpirasi dan pembuahan. Selain itu, angin juga sangat berpengaruh dalam proses penyebaran flora - fauna. Angin dapat menyebabkan biji-bijiandan spora tersebar ke mana-mana yang kemudian membuatnya tumbuh di berbagai tempat.
Tanah yang merupakan bidang nutrisi bagi tumbuhan juga mempengaruhi persebaran makhluk hidup. Sifat-sifat tanah, seperti teksturnya, strukturnya, kadar udara dan kadar air, suhunya, kadar kimiawi, serta unsur biologinya sangat menentukan jenis tanaman yang tumbuh di tempat itu.
Yang dimaksud relief muka bumi adalah tinggi rendahnya permukaan bumi. Perbedaan tinggi rendahnya muka bumi berpengaruh terhadap angin dan juga suhu. Sedangkan angin dan suhu berpengaruh terhadap tetumbuhan serta terhadap kehidupan hewan. Selain itu relief muka bumi ini juga mempengaruhi pola penyinaran matahari.
Menurut habitatnya, jenis dan persebaran flora dan fauna dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu persebaran flora-fauna di darat dan persebaran flora-fauna di air. Kelompok-kelompok inilah yang disebut dengan istilah Bioma. Bioma sendiri merupakan sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu di permukaan bumi. Adanya variasi bioma di permukaan bumi disebabkan oleh adanya variasi iklim.Pola iklim dipengaruhi oleh energi cahaya matahari yang masuk ke permukaan bumi.
Iklim ditentukan oleh faktor letak geografis intensitas cahaya matahari, ketinggian tempat dan letak lintang, serta aliran massa udara. Unsur-unsur iklim terdiri dari suhu, curah hujan, penyinaran, angin, dan kelembaban.
Bioma di darat, jenis serta persebaran flora dan fauna terbagi menjadi bioma gurun pasir, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma hutan gugur, bioma taiga, dan bioma tundra.
1. Gurun Pasir
Gurun yang panas merupakan daerah-daerah dalam wilayah iklim tropis dan subtropis yang mempunyai curah hujan yang rendah. Curah hujan rata - rata kurang 20 cm setiap tahun dan intensitas matahari yang tinggi. Gurun memiliki suhu permukaan 60°C selama siang hari. Gurun merupakan suatu daerah yang memiliki sifat tanah berupa batuan atau lempung, biasanya mudah pecah-pecah. Sering kali tanah menjadi berkerikil, berpasir, bergeluh atau berbatu, tetapi selalu bersifat kering.Bioma hutan gurun hanya dapat dihuni oleh tumbuhan dan hewan yang mempunyai adaptasi yang tepat terhadap lingkungan. Tumbuhan gurun beradaptasi dengan berbagai cara seperti memiliki daun yang kecil (berduri) dan mempunyai akar yang panjang. Dengan struktur seperti itu, tumbuhan dapat mengurangi penguapan dan mendapatkan air dari tempat yang dalam. Bioma gurun banyak ditemukan di Sahara Afrika, Gurun Gobi di Mongolia, dan di Australia.
2. Padang Rumput
Padang rumput yang terdapat di daerah tropis dan subtropis biasanya berbentuk sabana yang terdiri dari pepohonan yang tersebar berjauhan. Padang rumput tropis berbeda dari padang rumput daerah iklim sedang yang sering tidak berpohon, kecuali di sepanjang batang air.Yang penting bagi padang rumput adalah musim kemarau, kebakaran sering terjadi, dan aktivitas pemakanan rumput oleh mamalia besar menyebabkan pencegahan pembentukan semak berkayu dan pohon-pohon. Kelangkaan pepohonan dan berlimpahnya rerumputan, ditambah dengan hujan dan kekeringan yang bersifat musiman menentukan jenis hewan di padang rumput. Hewan pepohonan jarang ditemukan. Walaupun ada, berjumlah sedikit dan terbatas pada belukar dan lahan hutan yang terpencil. Berlimpahnya dan keragaman rerumputan menyebabkan padang rumput merupakan tempat ideal untuk herbivora. Hewan Herbivora yang besar tidak mampu hidup terus-menerus sepanjang tahun dan harus berpindah-pindah selama musim panas untuk mendapatkan air atau mencari daerah yang baru. Herbivora yang lebih kecil harus beradaptasi dengan cara yang lain, seperti tidur selama masa musim dingin.
3. Hutan Basah
Bioma hutan basah merupakan jenis hutan yang paling subur. Bioma hutan basah terdapat di daerah tropis yang basah dengan curah hujan yang tinggi dan tersebar sepanjang tahun, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup seperti di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Australia Timur Laut. Pohon pada bioma ini dapat cepat dikenali dengan adanya kanopi pada bagian atas pohon. Kanopi seringkali rapat sehingga menyulitkan cahaya matahari untuk mencapai tanah yang ada di bawahnya, ketika kanopi terbuka maka akan banyak pohon atau tanaman merambat yang berkayubersaing untuk mendapatkan sinar matahari. Dalam hutan ini pohonnya tinggi-tinggi, dan umumnya berdaun lebar dan selalu hijau, memiliki berbagai jenis tanaman. Sering terdapat paku-paku pohon, tanaman merambat berkayu lianan yang sering dapat mencapai puncak pohon-pohon yang tinggi, dan epifit seperti paku pakuan, anggrek, dan lain-lain. Hutan ini kaya akan jenis hewan invertebrata dan vertebrata.
4. Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim kontinen sedang dengan musim dingin yang keras, seperti di ujung selatan Benua Amerika, Amerika Serikat bagian Timur, kepulauan Inggris, dan Australia. Jumlah tumbuhan di bioma hutan gugur jumlahnya sedikit dan tidak terlalu rapat. Pohon-pohon yang dominan adalah pohon-pohon yang berdaun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim dingin, ketika suhu yang ada terlalu rendah untuk melakukan fotosintesis dan kehilangan air. Transpirasi tidak dengan mudah digantikan dari tanah yang beku. Curah hujan di daerah ini berkisar antara 750 mm - 1.000 mm. daerah ini mempunyai 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Hewan-hewan banyak tetapi aktivitasnya bermusim.
5. Taiga
Bioma taiga terdiri dari jenis-jenis konifer. Bentuk daun dari tumbuhan ini seperti jarum dan berlapis zat lilin untuk tahan terhadap kekeringan.Sebagian besar hutan taiga didominasi oleh satu atau beberapa jenis pohon. Taiga adalah bioma teristerial terbesar di atas bumi yang meluas dalam suatu wilayah yang lebar melintasi Amerika Utara bagian Utara dan Eurasia hingga perbatasan selatan tundra Arktik. Taiga mengalami hujan salju yang lebat selama musim dingin. Di daerah ini musim dingin cukup panjang, sedangkan musim kemarau yang panas sangat singkat.
6. Tundra
Istilah tundra bermakna dataran tanpa pepohonan. Suhu yang sangat dingin dan angin yang sangat kencang menjadi faktor penentu tidak adanya pohon dan tumbuhan tinggi lainnya di tundra Arktik dan di Alaska Tengah. Walaupun mendapatkan curah hujan yang sedikit, tetapi wilayah tundra tetap membeku dan tandus. Hal ini disebabkan oleh air hujan tidak dapat menembus tanah bagian bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal selama musim panas yang pendek. Tundra menutupi luas yang sangat besar di Arktik, yaitu mencapai 20% permukaan tanah bumi. Kecepatan angin yang tinggi dan suhu yang dingin menciptakan komunitas tumbuhan yang sama, yang disebut tundra alpina. Bioma tundra terdapat hampir di seluruh Arktik dan pulau - pulau kecil dekat Antartika.
Berdasarkan kadar garamnya, habitat air dibedakan menjadi tiga, yaitu habitat air tawar, habitat pantai, dan habitat laut.
1. Air Tawar
Habitat air tawar merupakan kehidupan yang terdapat di perairan tawar. Habitat air tawar kebanyakan berupa air pedalaman. Kadar garam dalam habitat ini sangat rendah sehingga sering diabaikan. Tumbuhan dan hewan telah beradaptasi dengan air tawar. Yang termasuk habitat air tawar adalah sungai, kolam, danau, dan rawa. Vegetasi (tumbuhan) yang hidup di habitat air tawar ini adalah eceng gondok, teratai, dan berbagai jenis alga. Sementara itu, jenis hewan yang hidup berupa aneka jenis ikan tawar, seperti mujair, ikan mas, gurame, dan sebagainya.
2. Pantai
Habitat pantai merupakan habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Organisme pada pantai mempunyai adaptasi terhadap terpaan gelombang. Terpaan gelombang dan ombak memindahkan partikel lumpur dan pasir, dan beberapa alga besar atau tumbuhan pada habitat ini. Banyak hewan, seperti cacing dan remis pemakan suspensi serta krutase pemangsa, membenamkan dirinya di dalam pasir atau Lumpur. Hewan di habitat ini akan mengambil makanan ketika air pasang. Sedangkan hewan lain, seperti kepiting dan burung pantai, adalah pemakan bangkai atau pemangsa organisme lain. Vegetasi yang hidup biasanya memiliki ciri menjalar dengan geragih yang panjang, berakar besar, contohnya rumput angin, pandan pantai, bakung pantai, dan sebagainya.
3. Laut
Luas lautan meliputi 70% dari luas permukaan bumi. Habitat laut berbeda dengan habitat air tawar. Hal ini dapat dibuktikan dengan tumbuhan laut. Jika ditempatkan di air tawar, maka tumbuhan tersebut akan mati, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang memengaruhi organisme yang ada di laut adalah cahaya, naik turunnya suhu udara, kondisi fisik laut, dan salinitas (kadar garam). Air laut mengandung semua unsur kimia yang penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan protoplasma sehingga air laut merupakan habitat yang cocok untuk sel-sel hidup dengan syarat sel-sel tersebut disesuaikan dengan konsentrasi garamnya.
Habitat laut ini dibedakan menjadi fotik dan afotik. Fotik adalah daerah yang tercangkup cahaya. Vegetasi yang hidup umumnya berupa rumput-rumputan, sedangkan hewan yang hidup biasanya berupa aneka ragam ikan dan udang-udangan. Afotik sendiri merupakan daerah yang tidak terjangkau oleh cahaya. Di wilayah ini organisme yang hidup berupa phytoplankton dan zooplankton atau hewan- hewan yangberukuran kecil, misalnya hewan bentos.
Sumber :
Dewi,Nurmala,2009.Goegrafi jilid2 Untuk SMA dan MA Kelas XI.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Dewi,Nurmala,1997.Geografi Untuk SMU.Bandung:Penerbit Maulana.
Soegimu,Roswanto,2009.Geografi untuk SMA/MA kelas XI Program Studi Ilmu Sosial.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional